Minggu, 16 Oktober 2011

Analisa teknik pencahayaan (Lighting Technique) dalam sebuah scene film.

Akhirnya update lagi. Kayaknya gue update cuman kalo ada tugas aja nih. Hehehehe. Mungkin karena nggak ada waktu kali yah (sok sibuk loe reg). Well, sekarang dosen gue ngasih sebuah tugas yang ( lagi-lagi ) harus dimasukin blog. Mungkin beliau mengajarkan cara menyimpan data-data tugas yang benar kali yah. Kan kalo disimpen di blog walau harus install ulang komputer lagi tuh data masih tersimpen dengan aman. Cerdas juga nih dosen ( ya iyalah, namanya juga dosen ) hehehe.

Oke, to main topic.

Jadi tugas berikut adalah menganalisis pencahayaan satu scene dari film apa aja. Dan film yang gue pilih kali ini adalah Slumdog Millionaire. Yup, film yang sempet bikin heboh karena menang banyak Grammy Awards. Dan scene yang gue pilih adalah scene seorang bocah bernama Arvind yang dites nyanyinya oleh Maman ( seorang mafia pengemis yang keji ) sebelum dibutakan matanya ( sumpah, gue nangis plus miris ngeliatnya, tetaplah kuat Arvind ).

So, ini gambar scene-nya.


Sadis kan si Maman, mukanya Arvind yang lucu ini sengaja dirampas hidupnya dengan dibutakan pake cairan asam.  *nangis* Terkutuk kau Maman!!

Dan inilah hasil analisis gue tentang teknik pencahayaan dari scene-nya Arvind. Kalau kita lihat, sisi kiri Arvind sangat terang, berarti pencahayaan yang dipakai adalah KEY LIGHT. KEY LIGHT adalah cahaya utama yang menyinari objek, berfungsi untuk membuat objek terlihat lebih jelas. 

Sedangkan sisi sebelah kanan Arvind terlihat cahaya yang soft ( lembut ) yang berfungsi untuk menghasilkan kesan tiga dimensi dengan cara mengurangi bayangan yang didapat dari Key Light. Cahaya tersebut adalah FILL LIGHT. 

Lalu yang terakhir adalah BACK LIGHT. Back Light berfungsi sebagai pemisah antara objek dengan background. Terlihat bahwa rambut dan pundak Arvind sangat terang daripada background-nya yang gelap. Back Light juga berfungsi sebagai memperjelas kesan tiga dimensi.

Nah, setelah panjang lebar, gue juga membuat gambar hasil analisis teknik pencahayaan tersebut. 
Nih dia :




Kira-kira beginilah posisi lighting yang dipake di scene Arvind tersebut berdasarkan arah cahaya yang terlihat. Kenapa gue bilang kira-kira? Soalnya gue nggak ikutan syuting di Slumdog Millionaire sih. hahahaha ( iyeee gue tau jayus ). Jadi Key light diletakkan di sebelah kiri objek, sedangkan Fill light diletakkan arah sebaliknya yaitu di sebelah kanan objek dengan cahaya yang lebih soft. 

Nah, sedangkan Back light diletakkan di sebelah kanan belakang objek. Sebenernya bisa ditaruh dimana aja sih nggak mesti di sebelah kanan. Namun dilihat dari banyaknya cahaya di sebelah kanan rambut Arvind, menunjukkan kalau Back light yang dipakai didalam scene ini diletakkan di sebelah kanan belakang si Arvind.

Kalau masih kurang jelas dengan gambarnya, tenang gue udah buatin versi tiga dimensinya kok. Rajin yahh gue *muntah*

Cekidot guys.. :)



Gimana? lebih enak kan diliatnya. hwehwehwe. Kalo masih kurang jelas gue udah nyerah gimana jelasinnya lagi. Hahahaha

Oke, sementara begini dulu. Gue mau istirahat sejenak karena tugas-tugas dari dosen lain masih numpuk. Hwaaaaa! 

See you later guys!! :D


Jumat, 30 September 2011

Pembahasan kamera Sony DSR-PD 177

Hai guys, akhirnya gue dapet semua info yang gue cari terhadap kamera Sony DSR-PD 177. Well, walau cuma sedikit tapi lumayanlah untuk sekedar berbagi dan yang penting tugas kelar. hahahaha *ketawa lega*. Yah semgoa dosen gue berbaik hati untuk memberi nilai yang nggak minim-minim amat kayak info yang gue dapet ini. hehehe. 

Oke, let see the information and the details of this great camera camcorder.

Kelebihan : 
1. Desain yang ergonomis didukung dengan pengoperasian zooming dan focusing yang sangat mudah membuat kamera ini dapat dioperasikan oleh satu orang saja. 
2. Menggunakan  teknologi terbaru dari Exmor Sensor System untuk mendapatkan low light sensitivity yang hanya 1.5lux sehinggal hasil gambar yang di dapat dalam pencahayaan yang minim tetap sempurna.
3. Memakai DVCAM format yang sudah menjadi standar SD format untuk professional camcorder.
4. Memakai lensa G-Lens, yaitu lensa canggih yang diproduksi Sony untuk membuat cameramen mempunyai fleksibilitas dan berkreasi dalam pengambilan gambar.
5. Terdapat pilihan untuk menyimpan footage (data hasil rekaman) dalam berbagai media antara lain kaset MiniDV, Memory Card, atau CompactFlash, sehingga memudahkan cameramen untuk mengefisienkan workflow.
6. Dengan pengoperasian yang tidak rumit, dapat dipakai di berbagai acara atau keperluan broadcast.
Kekurangan:
Harganya lumayan mahal, sehingga bukan menjadi pilihan utama untuk dimiliki secara personal apalagi mahasiswa, karena kemampuan merekam HD sudah dapat dilakukan oleh kamera DSLR yang berharga jauh lebih murah. 
Karena harganya yang lumayan mahal sekitar dua puluh juta keatas, maka kebanyakan konsumen kamera ini adalah perusahaan televisi, universitas, Event Organizer dan orang-orang yang mampu membelinya. 
About G-Lens :
G-Lens adalah lensa canggih yang dibuat oleh Sony untuk kamera camcordernya. Dengan 20x optical zoom membuat syuting dari landscape ke close-up sangat mudah dan mulus pergerakannya. Dengan Exmor Sensory System menghasilkan gambar yang tajam dan noise yang minim. Terdapat 6 iris diaphragm untuk menghasilkan efek blur pada background. 
Ini dia spesifikasinya :
Lens          : Sony G Lens, 20x (optical), f = 4.1 to 82mm, f = 29.5 to 590 mm at 16:9 mode, f = 36.1 to 722 mm at 4:3 mode, filter diameter: 72mm.
Built-in filters: Clear, 1/4, 1/16, 1/64
Imaging      system: 1/3 inch-type, progressive 3 ClearVid CMOS Sensor system with Exmor technology.
Picture elements  : Approx. 1,037,000 pixels (effective), approx. 1,120,000 pixels (total).
Focus                       : Auto, manual (focus ring/one push auto/infi nity/AF assist/focus macro).
White balance     :Auto, one-push auto (A/B positions), indoor (3200 K), outdoor (selectable level -7 to +7, approx. 500K/step), manual WB Temp (selectable 2300K to 15000K, 100K/step).
Shutter speed     :Auto 1/50 - 1/2000 Manual 1/4 - 1/10000
Gain selection     :-6, -3, 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21 dB
Minimum Illumination : 1.5lux (auto gain, auto iris, 1/25 shutter).
Recording format          :DV-CAM, DV SP 576/50i (PAL).
Playback/Recording time : DV SP Max. 63 min with PHDVM-63DM cassette DV-CAM Max. 41 min with   PHDVM-63DM cassette.
Audio/Video output : 10-pin connector A/V OUT jack ( composite and unbalanced audio x2ch with the supplied cables).
DV input/output        :LINK interface (IEEE 1394, 4-pin), XLR audio input XLR 3-pin female x 2ch.
Headphones          :Stereo mini jack (ø3.5 mm).
LANC                         :Stereo mini-mini jack (ø2.5 mm).
LCD viewfinder           :0.45 inch-type (Viewable area measured diagonally), approx. 1,226,880 dots (852 x 3[RGB] x 480), 16:9 aspect ratio.
LCD monitor          :3.2 inch-type (Viewable area measured diagonally), XtraFine LCD, approx. 921,600 dots, hybrid type, 16:9 aspect ratio.
Mass                         :Approx. 2.2 kg (5 lb 1 oz) (w/o tape, battery).
Dimension (WxHxD)  : Approx.169 x 188 x 451mm (6 3/4 x 7 1/2 x 17 7/8inch) (with lens hood, microphone and large eye cup).
Power requirements  :DC 7.2 V (battery pack), DC 8.4 V (AC adaptor).
Power consumption    :DVCAM/DV Approx. 6.8 W (with LCD viewfinder ON).
Operating temperature: 0 to 40 °C (32 to 104 °F).
Storage temperature :-20 to 60 °C (-4 to 140 °F).


Ini dia gambarnya guys:



Source:
http://sonyprofesional.multiply.com/journal/item/10/Press_release_PD_177
http://pro.sony-asia.com/product/resources/en_BA/images/Brochure/BCAP/BP00112-082009-A-V1_DSR-PD177P.pdf

Untuk gambar gue belom bisa upload, maklum newbie alias baru. hwehwehwe. Tapi gue akan belajar mengenai dunia perblogan ini, so sometimes I will post with picture, yeah I will. *senyum lebar*

Oke, karena hari ini gue ada kelas pengganti mata kuliah yang membuat tugas ini, gue harus off dulu. Males sih sebenernya kuliah di hari sabtu, bawaannya masih pingin istirahat dan tidur pulas di kasur. hwe hwe hwe. 

See you later guys.

Kamis, 29 September 2011

PERKENALAN

Hai, nama gue Regi. Mahasiswa di Universitas Multimedia Nusantara fakultas Desain Komunikasi Visual jurusan Cinematography (panjangnya, hehehe). Gue bikin blog ini berawal dari tugas salah satu mata kuliah gue yang berjudul Digital and Camera Lighting Technique. Dosen mata kuliah ini memberi tugas ke semua mahasiswa didiknya untuk cari informasi mengenai keunggulan dan kelemahan kamera Sony DSR-PD 177 dan harus ditulis ulasannya di blog! Ya ampun. Dan lo tau, nyari ulasan tentang kamera itu susahnya gila-gilaan. Om gugle pun kayaknya kerepotan nyari search gw tentang kamera tersebut. Ibaratnya udah jatuh ketimpa beton pula #lho. Tapi, itulah tugasnya mahasiswa, kalau nggak bikin tugas yang ribet kan nggak keren #tsahh. Well, gue termasuk pemula untuk hal blog-blogan begini, jadi maafkan bila ada format penulisan yang salah, hehehe. Oke, post ini cuma sekedar perkenalan doang. Dan post berikutnya tentu adalah hasil gugling gue tentang ulasan kamera Sony DSR-PD 177 yang sedang gue cari mati-matian *sigh*. Have a nice day kawan. :)